Aug 14, 2015

Sakit GIGI

Sakit GIGI,.
Saya sebenernya kurang setuju dengan pernyataan "Lebih baik Sakit Gigi dari pada Sakit Hati". Kalau bagi saya lebih baik sakit hati dari pada sakit gigi, karena saya sudah TERLATIH PATAH HATI.
Jadi Ceritanya 3 atau Empat minggu yang lalu akhirnya saya putuskan untuk kembali ke Puskesmas untuk menemui Dokter Gigi di sana dengan keluhan, tambalan yang kemarin ntah kenapa sakit lagi. Tidak lama dalam antrian akhirnya nama saya dipanggil untuk menghadap Dokter Gigi dan berbaring pada kursi ntah apa itu namanya. Tuk tak tuk tak gigi di pukul makai semacam besi berlensa atau ntah apa itu namanya. Sambil tersenyum ibu Dokter bertanya "Sakit ?", saya jawab "Iya", masih pada posisi yang sama di pukul lagi gigi saya dan masih bertanya "Sakit ?" jawab saya "Iya", ternyata 2 kali memberi rasa sakit belum memberikan kesan bagi Bu Dokter, sekarang gigi di gaet make semacam gancu kecil dan masih bertanya "Sakit ?", dan saya masih tetep Kekeh menjawab "Iya".
Setelah beberapa kali merasakan sakit akhirnya saya mendapat keterangan dari Bu Dokter "Mas, ini tambalannya geser dan harus di bongkar. Apakah mau ditambal lagi ?". Mendengar pertanyaan itu ya saya sebagai awam masalah kedoteran kegigian langsung jawab "Mestinya di tambal lagi bu, wong di bongkar". Akhirnya Ibu Dokter tersebut mengambil bor gigi dan nguggg ngunggg nggunnng Tambalan lama pun jebol. Satu hal yang ternyata tidak saya tahu, katanya kalau proses tambalan pertama rusak dan gigi masih sakit maka syaraf gigi harus dimatikan, dan pada saat ini saya tidak tahu dan baru tahu tadi. Ok lah bla bla bla bla gigi dimasuki semacam kapas bercampur obat dan Bu Dokter lalu bilang "Sudah mas". Duduk di kursi sambil menunggu Dokter menuliskan resep, berlahan mendengar suara lirih "Mas, nanti langsung pulang obatnya di minum ya. Ini agak sakit palingan sekitar 3 jam, cuman cenut-cenut kok". Langsung saya ke bagian apotik untuk mengambil obat sambil menunggu dalam antrian. Belum berselang lama duduk, mata mulai berair dan clennngggg......... AMPUN GUSTI, sakitnya minta ampun. Saya cuman berpikir "Wah ini si ibu bulang cuman cenut-cenut, yakin ini lebih sakit dari migran yang biasa menghampiri di hari sabtu". AMPUN SAKIT BANGET.
Ok akhirnya dengan kepala mata dan gigi masih merasa sakit saya pulang dari puskesmas dan meminum obat dan memutuskan untuk tidur meskipun tidak bisa tidur. Tapi untungnya Bu Dokter juga berbohong masalah rentang waktu sakit yang katanya 3 jam, saya merasa kesakitan sekitar antara 30 sampai 40 menit.
Hari senin seminggu yang lalu sesuai dengan intrusksi Ibu Dokter saya ke puskesmas lagi untuk mengganti tambalan sementara dengan tambalan yang baru. Hari itu Bu Dokter yang kemarin nangani ada, tetapi saya di tangani oleh Dokter yang lain lagi, mungkin pergantian pemain. Bu Dokter yang lain tersebut membaca rekam medis atau ntah apa itu namanya langsung mempersilahkan saya tiduran di kursi pesakitan berwarna hijau. Mungkin sudah saking PD-nya membaca rekam medis tanpa ngomong dan tanya langsung ambil bor dan membongkar tambalan sebelumnya dengan mungkin bagian lain yang lebih dalam dan saya langsung tersentak karena bor mengenai bagian yang katanya masih Vital. Ribut sebentar dengan Dokter yang pertama masalah harusnya saya datang 10 hari setelah pemberian obat kemarin dan saya datang pada hari ke 7 setelah pemberian obat yang memberi saya informasi bahwa syaraf belum bener-bener mati. Ampun dahh sakit minta ampun, akhirnya dengan sigap Bu Dokter merapikan kembali tambalan dan memberi saya resep dengan pesan "Mas kesini lagi hari senin minggu depan (berarti senen minggu ini). kalau sibuk bisa hari selasa atau rabu".
Dan hari ini saya ke puskesmas lagi untuk memeriksakan tambalan dan katanya akan di kasih tambalan yang permanen. Dan apa yang terjadi, setelah membaca rekam medis dalam sebuah kertas, dokter yang pertama kali menangani saya juga dengan PD langsung ambil bor dan ngugggg nguuungggg nggunnnnn. Kejadian pada pemeriksaan kedua terjadi lagi. Ternyata katanya syaraf masih Vital (aktif) satu yang ke arah pipi. Dari yang katanya ada 3 syaraf baru mati 2. Kali ini Ibu Dokter bertanya lirih "Mas ini gigi harus di matikan lagi syarafnya, akan sakit lagi kayak yang pertama". Yahh mendengar itu saya cuman berpikir "Mau gimana lagi", saya kemudian berbicara lemah "Apa baiknya lah bu". Akhirnya obat penyiksa itu masuk lagi ke gigi saya dan nyuttt....... mata sudah mulai berair pada saat saya masih duduk di kursi pesakitan. Tapi untungnya sakit yang sekarang tidak terlalu sakit, dan hanya sekitar 15 menit.
Dan Senin tanggal 24 besok saya harus kontrol lagi dengan keterangan "Kalau besok belum mati juga, mas akan saya rujuk ke rumah sakit".
Yaa.... ampun.... dan masih bilang Lebih Baik Sakit Gigi dari pada Sakit Hati ?.
Powered by Blogger.

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search