Jul 27, 2008

Penting bagi ABG

Terus terang saya hanya copy-paste dari mailling list, jadi tidak saya ketahui kebenaran berita ini, tapi intinya benar atau tidak, berita ini bisa dijadikan acuan dalam bertindak dan bergaul agar tidak menyesal nantinya.

Kebanyakan orang mau jadi pengantin, senangnya bukan main. Tapi Yuniati, 22, dari Kediri (Jatim) ini lain. Menjelang naik pelaminan malah gantung diri, gara-gara sudah tidak perawan lagi. Rupanya dia tak siap, jika di saat “mbelah duren” kali pertama sang suami malah hanya menemukan duren kopong (kosong).

Akibat persepsi yang salah, banyak kaum lelaki yang selalu mendambakan keperawanan di malam pertama. Padahal, keperawanan wasalam tidak selalu karena hubungan intim. Bisa saja karena kecelakaan dalam kegiatan olahraga, atau hymen wanita yang kelewat elastis, begitu kata dr. Naek L. Tobing si ahli naik-naikan. Tapi itulah kaum lelaki, suka ngotot dalam bidang satu ini. Padahal bagi cinta sejati, akan selalu menerima segala kondisi pasangannya. Jadi perawan atau tidak istri yang baru saja dinikahi, tabrak sajalah!

Nah, rupanya Yuniati gadis dari Desa Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri, sangat trauma dengan sikap egonya kaum adam. Dia dulu pernah punya pacar yang nampaknya serius sekali. Tapi setelah diberi tahu kondisi pisik yang sesungguhnya, si cowok langsung balik bakul alias memutuskan cintanya. Karena menyadari dirinya di pihak yang salah, dia tak meratapi kepergian si doi. Justru Yuniati merasa bersyukur, cwok itu meninggalkan dirinya sebelum terlanjur ke KUA. Dengan demikian, status gadis secara deyure, masih bisa dipertahankan.

Gelapnya masa depan Yuniati sesungguhnya berangkat dari pergaulan yang kebablasan saat duduk di bangku SMA sekian tahun lalu. Dia pernah punya teman akrab sesama SMA. Nah, di kala mereka pergi berdua-dua, tiba-tiba sukma atau roh Betara Drema merasuk ke tubuh si cowok sementara roh Betari Dremi manjing (masuk) ke dalam tubuh Yuniati. Persis seperti Raden Samba dengan Dewi Hagnyanawati dalam kisah perwayangan, keduanya pun lalu jatuh kasmaran. Klimaksnya, keduanya pun lalu berhubungan intim bak suami istri.

Enaknya, si Samba ini setelah ditinggal pergi sukma Betara Drema, langsung pergi begitu saja meninggalkan teman kencannya, tanpa harus “berhitung” dengan Boma Nrakasura sebagaimana dalam lakon “Samba Juwing”. Sedangkan Yuniati sendiri, setelah koncatan (ditinggal) sukma Betari Dremi enteng saja perasaannya meski ditinggal kabur si cowok. Dia sama sekali tak menyesali keperawanannya yang telah tanggal, dia tak menyadari betapa luhurnya nilai wanita yang masih punya gajlugan (polisi tidur) ibaratnya sebuah jalan raya berhotmix.

Nilai-nilai moral dalam dirinya baru muncul lagi setelah Yuniati membaca kolom dalam sebuah surat kabar. Di situ dijelaskan betapa mahal dan berharganya nilai keperawanan wanita, termasuk tidak menerimanya para kaum lelaki jika mendapati pasangannya sudah tidak perawan. Sejak saat itu Yuniati menyesali langkahnya yang salah, sejak itu pula dia menjadi minder menghadapi kaum Adam. Dan rasa kurang pe-de itu semakin sempurna ketika ketemu cowok yang buru-buru ngacir setelah diberi tahu bahwa Yuniati sudah bukan lagi perawan yang masih buntelan plastik!

Malangnya, Yuniati ini memang tergolong wanita cantik di kelasnya. Jadi meskipun menghindari pergaulan dengan cowok, masih saja ada yang nguber. Dan ketika seorang pemuda bernama Amin, 28, kemudian melobi orangtuanya, Yuniati tak bisa menolak lagi aspirasi urusan bawah pemuda itu. Termasuk saat orangtuanya menentukan hari perkawinannya, dia hanya diam membisu. Padahal, dalam hati kecilnya Yuniati tak siap menghadapi malam pertama itu. Dia khawatir Amin jadi marah begitu “imin”-nya tak dapat gajlugan saat serangan umum non 1 Maret 1949.

Akan berterus terang, tak berani. Sedangkan hari perkawinan itu tinggal beberapa hari lagi. Dalam kondisi begitu sutris, Yuniati menyelesaikan masalah itu dengan caranya sendiri. Semalaman di kamar tanpa mau keluar. Saat keluarga mulai curiga, diintiplah kamar si gadis. La ilah hailalloh, di dalam sana tampaklah tubuh Yuniati tergantung kaku tanpa nyawa. Gegerlah warga Puncu pagi itu, ketika membaca surat wasiat almarhumah yang menyatakan ketidak suciannya lagi. Yuniati yang mestinya 3 hari lagi didandani sebagai pengantin, kini dihias dalam kapasitas sebagai mayat.


Terus terang saya tidak bisa menyalahkan dari pihak cowok yang selalu egois ingin menikmati cewek secepat mungkin, karena itu udah kodratnya. Tapi pihak cewek yang sebenarnya pihak paling dirugikan untuk kasus seperti ini harusnya bisa menjaga diri. Dalam ajaran agama terutama ajaran ISLAM sudah dijelaskan bagaimana harusnya cewek berpakaian, walaupun tidak bisa dijadikan pertahanan utama, minimal cara berpakaian yang sar'i (atau apalah gak mudeng) bisa mengurangi resiko terjadinya kejadian yang sangat diingingkan (gak mungkin lahhh nge-sex sesuatu yang tidak diinginkan).
Kembali lagi bagi cowok atau cewek (terutama cowok karena mahluk terjahat dan tidak berperikemanusia), cepat-cepatlah menikah kalau memang sudah merasa siap secara pribadi. Kalau ndengering omongan orang yaa gak ada selesainya, minimal dengan menikah , akan mengurangi resiko kamu untuk merusak masa depan kamu dan masa depan orang lain.
Powered by Blogger.

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search