Sep 23, 2009

Sertifikasi Guru

Ach...... dapat oleh-oleh cerita nich dari Kebumen. Emang klo udah ngobrol ma bapak nich.... gak pernah ada matinya. Lahh..... oleh-oleh berupa cerita mengenai pandangan bapak saya mengenai sertifikasi guru. Yah.... sebagai Guru senior saya rasa bapak mempunyai pandangan yang cukup berbeda dengan kebanyakan guru pada umumnya, apalagi yang sering saya temui di sini ckckckck.......
Nich.... buat catatan saja, saya hanya kepanjangan lidah dari bapak saya. Ini bukan materi dari saya atau pemikiran saya. Cuman saya rasa pemikiran bapak saya perlu di share dengan teman-teman netters sekalian, karena isinya yang cukup berbobot dan perlu menjadi pertimbangan terutama kepada guru-guru yang telah tersertifikasi -kaya makanan ajah, atau yang ingin menyertifikasikan diri.
Jadi ceritanya saya udah siap untuk pulang balik ke brebes, tetapi karena Istri dan Keysha belum siap akhirnya saya duduk di ruang tengah dengan Bapak. Trus dengan stylenya Bapak mulai ngomong ngalor ngidul, terutama mengenai keadaan Warung penjualan mobil bekasnya, sampai akhirnya cerita berlanjut ke masalah rapelan sertifikasi yang akan dia terima yang katanya bisa mencapai 8 Juta. Ah.... dasar Bapak, mau terima uang segitu banyak komentarnya biasa saja, gak seperti orang-orang yang sering saya temui sekarang, baru dapat paling 4 atau 5 juta udah berisik setengah mati, kaya ketiban emasnya kanjeng doso ajah -ketahuan orang gak punya rencana dalam hidupnya.
Akhirnya Bapak berkomentar tentang seritifikasi menurut pandangannya. Menurut dia, sertifikasi adalah cara bodoh yang dogelontorkan untuk mencoba meningkatkan taraf hidup guru dan berharap mendapatkan hasil pendidikan yang lebih baik. Menurut bapak, ketika guru mendapatkan uang sertifikasi, pikirannya langsung melayang ke mana-mana, bagi yang masih muda mungkin mengidam-ngidamkan motor gede bangsa Tiger, Vixion atau Scorpio, tetapi bagi yang udah berumur bakalan kepikiran mobil bangsa avansa, xenia, atau cukup Kijang LGX. Pada kenyataanya buanyak guru yang menghanyutkan uang hasil sertifikasi untuk kebutuhan-kebutuhan semacam itu yang tentunya berakhir pada peningkatan pengeluaran guru perbulannya. Setelah pengeluran bertambah, apa coba yang dipikirkan para guru ini ?????? yaa.... jelas mencoba mencari tambahan dana per bulan untuk dapat menghidupi barang-barang tidak produktif tersebut. Hasil akhirnya "Murid yang tetap terbengkelai tanpa adanya perbaikan kualitas pendidikan".
Menurut saya setelah mendengar banyak celoteh bapak, yang dibutuhkan oleh seorang guru itu bukan uang sertifikasi atau semacamnya. Tetapi pendidikan finansial dan pendidikan akademis yang lebih mumpuni. Berapapun uang yang diterima setiap bulan, tanpa ada pemahaman tentang "Cara kerja uang", maka uang hanya akan menjadi racun, dan membunuh para guru dengan berlahan-lahan.
Semoga ini bisa menjadi renungan bukan bahan perdebatan. Terima Kasih.
Powered by Blogger.

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search